Senin, 14 November 2011

Permasalahan Sosial Seputar Lingkungan

Pada akhir-akhir ini,begitu banyak permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar kita,khususnya yang berkaitan tentang lingkungan. Kali ini saya akan membahas mengenai fenomena yang banyak terjadi pada musim penghujan ini yaitu mengenai penyakit Demam Berdarah atau yang disingkat dengan "DBD".

A. DBD secara Umum
DBD adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dominan maupun dari jenis nyamuk Aedes lainnya.Terdapat empat jenis virus dengue berbeda,namun berelasi dekat yang dapat menyebabkan penyakit ini. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia,terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue diseluruh dunia. 


Gejala yang tampak akibat infeksi virus dengue biasanya muncul setelah masa inkubasi (masa dimana virus berkembang hingga menimbulkan gejala) 3-8 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh. Jika sistem pertahanan tubuh dapat mengatasi virus, maka gejala yang tampak bisa ringan atau bahkan tidak didapatkan. Namun jika tidak, dapat menimbulkan gejala seperti berikut :


1. Demam tinggi mendadak, >38 derajat Celcius, 2-7 hari
2. Demam tidak dapat teratasi maksimal dengan penurun panas biasa
3. Mual,muntah,nafsu makan minum berkurang
4. Nyeri sendi,nyeri otot (pegal-pegal)
5. Nyeri kepala,pusing,rasa panas dibelakang bola mata
6. Wajah kemerahan
7. Nyeri perut
8. Konstipasi (sulit buang air besar) atau diare
9. Mengalami mimisan dan pendarahan pada gusi
10.Bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
11.Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)


Kriteria berdasarkan hasil pemeriksaan darah di laboratorium adalah :
1.) Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombosit < 150.000/mm(normalnya 150-450 ribu/mm
2.) Hemokonsentrasi, yaitu pengentalan darah karena perembesan plasma (komponen darah non seluler), ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang meningkat 20% dari nilai normalnya


B. Fakta Kejadian
Berikut ini saya akan mengutip berita dari sebuah media massa mengenai DBD.


"Tiga Kabupaten KLB Demam Berdarah"

PEKANBARU (DP) — Kasus Demam Berdarah di Provinsi Riau berpotensi masuk Kondisi Luar Biasa (KLB).Hal ini terlihat dari kasus DBD yang terus mengalami peningkatan selama empat bulan terakhir. Peningkatan yang cukup signifikan terlihat di tiga Kabupaten, yakni Indragiri Hulu, Kuansing dan Rokan Hilir yang sudah ditetapkan sebagai kabupaten KLB DBD.“Dari hasil laporan yang masuk, KLB untuk DBD sudah terjadi di 3 kabupaten/kota. Kondisi ini kemungkinan akan berlanjut di Kabupaten Pelalawan. Bila tidak diantisipasi dengan cepat Provinsi Riau juga berpotensi menjadi KLB,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Provinsi Riau Katijo Sempono, kepada Riau Pos, Rabu (9/11).


Diakui Katijo, untuk menetapkan sebuah Kabupaten menjadi KLB merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten. Dalam hal ini, Pemprov Riau hanya menyediakan logistik untuk penanggulangannya. Kendati demikian, Pemprov akan terus melakukan pemantauan dengan meminta Kabupaten Kota memberikan laporan tiap hari sebagai bahan evaluasi.

Menurutnya, suatu daerah dikategorikan KLB jika ditemukan penyakit menular yang meningkat secara signifikan atau lebih 100 persen selama beberapa tahun terakhir. “Kondisi yang cukup memprihatinkan ditemukan ditiga Kabupaten tersebut dengan temuan kasus 50 lebih. Ini harus diantisipasi segara, agar tidak mengalami peningkatan,” tuturnya.



Saat ditanyakan mengenai langkah penanganan yang telah dilakukan, dia mengatakan saat ini upaya penanganan yang dilakukan adalah meminta Kabupaten Kota untuk proaktif dan menjalankan surat edaran Gubernur Riau. Salah satu hal substansi dalam edaran tersebut adalah meminta untuk meningkatkan surveilance epidemologi kasus dan vektor DBD, meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak, mengintensifkan kegiatan pemberantasan jentik dan nyamuk melalui gerakan 3M.Selain itu, Dinas Kesehatan kabupaten/kota juga diminta melakukan fogging dengan memfokuskan dua siklus sesuai untuk kriteria yang berlaku. Langkah lain juga dapat dilakukan dengan menyiapkan sumberdaya dan tim gerak cepat untuk mengantisipasi KLB.

Lebih jauh ditegaskan Katijo, untuk pemberantasan DBD tidak akan optimal tanpa peran aktif dari masyarakat. Seperti dengan membudayakan pola hidup bersih. “Budayakan hidup bersih dengan melakukan gerakan PSN-3M. Ini penting dilakukan jika ditemukan kasus DBD, selain itu segera bawa penderita ke Puskemas jika ditemukan indikasi penyakit tersebut, sehingga dapat segera dilakukan langkah penanganan,” paparnya.Disamping mengeluarkan edaran Dinas Kesehatan Riau juga membentuk posko DBD lengkap dengan logistik dan obat-obatan. Dinas Kesehatan juga melayani permintaan Fogging. Namun menurut Katijo, fooging bukanlah solusi karena hanya membunuh nyamuk dewasa dan jika dilakukan terus menerus akan membuat nyamuk aides agypty menjadi imun terhadap racun. “Langkah penanganan harus dilakukan secara menyerluruh. Sehingga hasilnya lebih optimal,” harapnya.

Dikutip dari: Dumai Pos (10 November 2011)




C. Preventif (Pencegahan)
Saat ini, tidak tersedia vaksin untuk demam berdarah. Karena itu, pencegahan terbaik  adalah dengan menghilangkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan menghindari gigitan nyamuk.

Langkah umum untuk mencegah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk adalah :

1. Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan obat penangkal nyamuk yang mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak terlindungi. 

2. Gunakan kawat nyamuk atau kelambu di ruangan tidak berAC.

3. Pasang obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk cair/listrik di tempat yang dilalui nyamuk, seperti jendela, untuk menghindari gigitan nyamuk. 

4. Cegah munculnya genangan air
- Buang kaleng dan botol bekas di tempat sampah yang tertutup.

- Ganti air di vas bunga paling sedikit seminggu sekali, dan jangan biarkan ada air menggenang di pot tanaman.

- Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.

- Jaga saluran air supaya tidak tersumbat.

- Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah timbulnya genangan air. 


D. Curatif (Pengobatan)
Fokus pada pengobatan penderita penyakit DBD adalah mengatasi pendarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok,yaitu dengan cara mengusahakan agar penderita banyak minum sekita 1,5 - 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).

Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan yang timbul,misalnya:

-Paracetamol membantu menurunkan panas 
-Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
-Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder

Lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok,namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medis,akan tetapi pada kenyataannya jambu biji dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.

D. Rehabilitatif dan Promotif
Kita bisa melakukan perbaikan mulai dari lingkungan yang paling kecil terlebih dahulu,yaitu melalui kebersihan diri sendiri. Karena apabila masing-masing dari kita memiliki tingkat kemauan kebersihan yang sama,maka secara otomatis lingkungan yang berada disekitar kita juga menjadi bersih sehingga dapat mengurangi perkembangan nyamuk yang dapat membawa penyakit malaria itu sendiri. Setidaknya,lakukan gotong royong lingkungan sekitar rumah agar bebas selalu dari sarang nyamuk. Tidak hanya itu,kita juga bisa melakukan fogging dikawasan sekitar perumahan kita tiap 3 bulan sekali agar lebih menekan lagi angka DBD tersebut.

F. Sumber








0 Comments: